Halaman

Sabtu, 25 Juni 2022

Ampun macetnya mudik lebaran 2022!

 Hi Sobat!

Alhamdulillah Ramadhan 1443H sudah kita lalui. Semoga berkah Ramadhan tak berhenti setelah usai merayakan Idul Fitri. Tadarus AlQuran, solat malam, puasa sunnah, bersedekah tetap dipertahankan hingga dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan dalam keadaan sehat dengan selali berharap limpahan berkah dan rahmat dari Allah Subhanahuwata’ala.

Dua tahun kita tidak merayakan Idul Fitri dengan tradisi silaturahmi secara langsung. Adanya pandemi memaksa kita untuk stay at hom, mengurangi intensitas keluar rumah dan berkerumun. Jadi silaturahmi dilakukan via online. Ada sisi positif dan negatif dari silaturahmi online ini. Sisi positifnya kita bisa “bertemu” dengan sanak saudara dari luar kota, bahkan luar provinsi sekaligus karena jumlah peserta zoom atau Google meeting tak terbatas. Sedangkan sisi negatif pastinya silaturahmi kurang menyentuh di hati, terutama anak-anak generasi milenial dan generasi pandemi yang belum pernah merasakan seninya sungkeman, saling bermaafan, berkumpul saudara yang jarang ditemui yang kelak akan menjadi cerita untuk generasi berikutnya. 

Alhamdulillah program vaksin pemerintah sudah mencapai target dan vaksin booster juga sudah dilakukan, sehingga tahun 2022 ini kita bisa merayakan lebaran bersama orang-orang tersayang. Daaan, apa yang terjadi di mudik lebaran kali ini? Dimana-mana terjadi kemacetan! Sepertinya lebaran tahun ini benar-benar jadi ajang temu kangen antar saudara dan antar teman. Setiap jalan provinsi padat dengan kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua.

Kemacetan yang terjadi saat mudik lebaran

Aku yang biasanya ke Klaten mengunjungi mertua menempuh perjalanan Semarang-Klaten hanya dua jam, saat mudik kemarin 2x lipat! Parahnya lagi, aku lupa membawa bekal nasi putih untuk anak-anak selama di perjalanan. Karena aku berpikirnya pas jam makan siang sudah sampai di tujuan dan biasanya ibu mertua sudah menyiapkan hidangan untuk kami, jadi aku hanya membawa sayur yang dimasak sejak pagi. Suami yang sudah lama tak merasakan macet pun jadi gelisah karena perjalanan yang tak kunjung menemui titik akhir, alias sampai tujuan.

Empat jam perjalanan bagiku yang membawa empat orang anak terasa sangat membosankan. Tapi saat menyadari bahwa suasana seperti ini yang kami nantikan sejak dua tahun yang lalu serta membayangkan serunya berkumpul bersama saudara dan keponakan membuatku semangat lagi untuk membuat suasana kembali ceria. Alasan kami memilih Kartasura dibanding Jatinom karena jalannya lebih lebar dan bayangan kami tidak sebanyak itu volume mobil dan motor yang ada. Selain pasrah dan banyak berdoa, aku mencoba segala cara supaya anak-anak tidak mengganggu selama masih terjebak macet, untuk menjaga stabilitas emosi suami yang menyetir. Hehehe. Alhamdulillah lampu merah yang menjadi biang kerok kemacetan daerah Kartasura terlewati. Dan sampai di rumah mertua dengan selamat. 

Akhirnya bisa berkumpul setelah menerjang kemacetan

Semoga tahun depan semakin membaik kondisi Indonesia. Alangkah baiknya jika tetap dipatuhi protokol kesehatan, memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, tidak bepergian jika tidak mendesak, untuk mencegah munculnya varian-varian baru yang bermutasi. Percaya tidak percaya memang virus itu ada. Selalu berdoa dan tak berhenti berharap semoga kita semua selalu dilindungi Allah Subhanahuwata’ala dan mendapat syafaat Nabi besar Muhammad Salallahu’alaihiwassalam. Aamiin aamiin aamiin Yaa Rabbal ‘alamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar